35+ Pantun Nenek Moyang yang Populer 2024

Sebagai pengetahuan saja, setiap bangsa ternyata mempunyai cara penyampaian puisi yang berbeda-beda. Misalnya saja, Jepang memiliki Tanka dan Haiku, sementara Eropa memiliki istilah lain berupa Quatrain dan Soneta. Hal ini juga tidak jauh hubungannya dengan pantun nenek moyang.

Bangsa Melayu yang mempunyai pantun karya orang zaman dahulu menjadi salah satu cara untuk menyampaikan puisi pada zaman nenek moyang. Jadi berbicara mengenai pantun, warisan budaya satu ini memang sudah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat tanpa terkecuali.

Sejak kecil, anak Melayu sudah mengenal dengan karya sastra lama satu ini. pasalnya di zaman dulu, pantun selalu identik dengan cara komunikasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan dan perkembangan lainnya. Mereka berkembang bersama dalam budaya masyarakat.

Contoh Pantun Nenek Moyang

contoh pantun nenek moyang
contoh pantun nenek moyang

Berikut ini adalah contoh pantun nenek moyang yang sudah menjadi ciri khas karya sastra dari Bangsa Melayu sendiri. Namun sebenarnya tidak ada bukti yang konkret secara tertulis mengenai asal muasal dari lahirnya pantun.

Penyampaian pantun secara lisan memang mempunyai makna yang beragam. Sudah sejak dulu, banyak orang menggunakan pantun untuk menyindir, menyampaikan perasaan, menunjukkan gagasan dan lain sebagainya.

Pantun Bertema Budi Baik dan Kebiasaan Manusia

Pulau tua ada di tengah
Letak di balik Angsa terlihat
Hancur jasad di dalam tanah
Budi baik hanya satu diingat

Buah pisang bawa berlayar
Sampai matang di atas guci
Hutang emas dapat di bayar
Hutang budi kekal sampai mati

Pantun Bertema Nasehat Kehidupan

Air surut memetik bayam
Sayur dibawa gunakan kantung
Jangan tiru tabiat ayam
Bertelur sebiji ramai sekampung

Tidak salah kayu terapung
Salahnya pandan bila menderita
Takkan salah ibu mengandung
Lihatlah diri terlalu meminta

Pantun Bertema Adat Istiadat

Tak ada guna buah pepaya
Kalau tidak legit dagingnya
Tak ada guna tingkah dan gaya
Kalau bahasa tidak dimilikinya

Ikan nila mudah terpantau
Katak loncat terkena duri
Siapa hidup di tanah rantau
Baik-baik membawa diri

Pantun Bertema Kritik Sosial

Sudah puas ku tanam ubi
Nanas juga dilihat orang
Sudah banyak ku tabur budi
Emas lebih dipandang orang

Kumpulan Pantun Tentang Nenek Moyang

Air surut memungut bayam
Sayur diisi ke dalam kantung
Jangan diikuti tabiat ayam
Bertelur sebiji riuh sekampung.

Ikan nila dimakan berang-berang
Katak hijau melompat ke kiri
Jika berada di rantau orang
Baik-baiklah membawa diri.

Akar keladi melilit selasih
Selasih tumbuh dihujung taman
Kalungan budi junjungan kasih
Indah terkenang sepanjang zaman.

Pulau tua ada di tengah
Letak di balik, angsa terlihat
Hancur jasad di dalam tanah
Budi baiknya akan diingat.

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian.

Kerat kerat kayu diladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Betapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul.

Hanyut batang dari kuala
Raja mambang berkayuk balik
Tuanku tentang bagai kemala
Tempat abang duduk bertilik.

Duduk-duduk melihat rusa
Rusa diinjak seekor gajah
Kasih ibu sepanjang masa
Kasih anak sepanjang galah.

Rumah jati tempat merenung
Sambil melihat bunga serampai
Hasrat hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai.

Burung perkutut di tengah telaga
Sekotak peti di atas bahu
Dalamnya laut bisa diduga
Dalam hati siapa yang tahu.

Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi.

Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya.

Medang sila buahnya cantik
Jatuh menimpa ke pasu bunga
Dengan sebab nila setitik
Habis rusak susu sebelanga.

Pisang emas dibawa berlayar
Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati.

Payah kami menabur padi
Nanas juga ditanam orang
Payah kami menabur budi
Emas juga dipandang orang.

Masak semur diaduk-aduk
Untuk bekal pergi ke gunung
Bagaikan telur di ujung tanduk
Serba salah menjadi bingung.


Itulah tadi kumpulan pantun nenek moyang yang menjadi bukti bahwa karya sastra ini memang sudah ada sejak zaman dahulu. Banyak orang telah menggunakannya untuk berbagai tujuan mulai dari mengutarakan perasaan, menyampaikan pendapat hingga menjadi cara berkomunikasi secara unik.

Bentuk pantun di zaman dahulu memang sudah jauh berbeda apabila Kamu bandingkan dengan masa sekarang. Namun sebenarnya perkembangannya selalu mengikuti dengan zaman yang selalu berubah. Maka dari itu, pemakaian pantun memang tidak pernah dimakan oleh perkembangan zaman.

Cindy Amara

Cindy sangat menyukai kesenian terutama seni budaya dan seni sastra seperti sajak, syair, legenda daerah, pantun, dan puisi.

Leave a Comment