40 Pantun Talibun 6 Baris, 8 Baris, 10 Baris, dan 12 Baris

Pantun Talibun – Talibun adalah salah satu bagian dari karya sastra Indonesia yang sudah menjadi budaya di tanah air. Selain itu juga seringkali dipelajari secara resmi dan turun temurun dari nenek moyang. Tidak heran apabila sampai saat ini dijumpai banyak pantun talibun sebagai salah satu bahan pembelajaran.

Talibun sendiri sebenarnya berasal dari sastra Melayu yang sudah berkembang sejak abad ke-18. Untuk mengetahuinya lebih dalam, Kamu bisa membaca beberapa contoh pantun talibun. Pantun ini mempunyai susunan genap antara enam sampai sepuluh baris atau bahkan dua puluh.

Namun pada umumnya, talibun juga termasuk ke dalam bagian puisi lama yang mempunyai makna tertentu. Nantinya akan disampaikan oleh pembicara kepada orang yang mendengarkan. Meski begitu, pantun talibun ini mempunyai konsep yang hampir sama seperti pantun.

Contoh Pantun Talibun

contoh pantun talibun
contoh pantun talibun

Kumpulan pantun talibun 6 baris, 8 baris, 10 baris dan 12 baris ini bisa Kamu jadikan sebagai contoh untuk mempelajarinya. Mengingat bahwa setiap orang tentunya memiliki rasa penasaran khususnya bagi siswa pelajar yang masih berada di bangku sekolah.

Tidak hanya itu saja, talibun sebenarnya juga termasuk ke dalam bagian puisi lama yang mempunyai makna tertentu untuk disampaikan pembicaranya. Seringkali disebut sebagai pantun talibun untuk membedakan susunan baris yang digunakan dari pantun.

Contoh Talibun 6 Baris

Kelinci itu larinya cepat
Konon katanya secepat angin
Lebih cepat dari kura-kura
Hidup di dunia ini singkat
Gunakan waktu sebaik mungkin
Sebelum ajal menjemput kita

Berlayar menuju pulau di sana
Menerjang ombak di bulan purnama
Bersama nahkoda melempar jala
Agar memiliki gelar sarjana
Belajarlah dengan giat dan seksama
Jangan lupa selalu berdoa

Di kala mendung mulai menyapa
Rintik hujan mulai bersiap
Pelangi pun telah menyemburat
Jika hendak beroleh surga
Buat amal soleh padat merayap
Tinggalkan semua hal maksiat

Di kala hujan turun di telaga
Menarilah semua katak bersama-sama
Di dalam air yang mengalir di tempat
Jika hendak hidup sempurna
Perbanyaklah amal untuk sesama
Tinggalkan semua segala perbuatan maksiat

Mencari udang hingga ke dalam celana
Udang hilang tak tahu rimbanya
Meninggalkan bekas luka tak seberapa
Tiada hari tanpa merana
Memikirkan adik yang tak jelas hidupnya
Membuat abang tak lagi menyapa

Burung elang terbang tinggi
Membidik mangsa di daratan Jawa
Makanan hilang di tengah rawa
Wahai kalian para muda mudi
Jangan lengah dan terpedaya
Dengan rayuan sesat dunia

Pasang wajah muka memelas
Orang sekitar sampai kesal
Hingga semua berpaling muka
Tuntutlah ilmu dengan ikhlas
Agar kelak tak menyesal
Siap menghadapi tantangan dunia

Mencari udang memakai jala
Udang sirna tak tahu kemana
Meninggalkan harap di ujung usaha
Tiada hari tanpa duka merana
Kelak engkau di masa tua
Jika tak manfaatkan masa muda

Pergi ke pasar kala fajar
Mencari baju berwarna biru
Berlengan pendek bukannya panjang
Wahai wanita mulailah sadar
Peranmu kelak sebagai ibu
Membuat generasi rajin sembahyang

Telah penat hamba mendaki
Mendaki batu berjenjang
Bulan tak juga terang-terangnya
Telah penat hamba menanti
Telah putih mata memandang
Tuan tak kunjung datang juga

Setinggi-tinggi melanting
Membumbung ke awang-awang
Baliknya ke tanah jua
Sehabis dahan dengan ranting
Dikupas di kulit batang
Teras pengubar barulah nyata

Melihat guru sedang mengajar
Mengajar agama dengan telaten
Hingga fajar berubah petang
Kalau engkau rajin belajar
Siapkan bekal tuk masa depan
Insya Allah semua menjadi terang

Berlayar ke pulau antah berantah
Menerjang gulungan ombak
Bersama nahkoda tak kenal kalah
Agar kau tak bersusah payah
Melewati masa depanmu kelak
Tuntutlah ilmu tak kenal lelah

Melihat kambing di siang hari
Kambing jawa bukannya ketawa
Bertubuh kekar nan perkasa
Janganlah pernah menyombongkan diri
Di depan teman dan tetangga
Kelak engkau tak punya wibawa

Kapal pesiar gagal berlayar
Kerana hujan beserta badai
Petir pun tak ingin kalah bersaing
Baiknya kita rajin belajar
Agar cita tetap tercapai
Tuk masa depan yang gemilang

Pergi ke pasar membeli gelas
Jangan lupa membeli buah
Buah kedondong dan buah pepaya
Ayo semua janganlah malas
Mari keluar dan bekerja
Demi menggapai cita-cita

Bunga mawar telah merekah
Jangan memetik tanpa meminta
Bisa terluka nanti di tangan
Wahai pemuda janganlah lemah
Gapailah sejatinya cinta
Agar bisa mewarnai kehidupan

Beli nasi lauk rendang
Ingat sambal cabai hijau
Pakai kertas anti basah
Kalau cinta mulai terbayang
Di pikiran hanya dikau
Membuat hati galau gelisah

Daun di air mengapung-apung
Sendiri di tengah-tengah telaga
Terbawa arus menuju muara
Rajin belajar, rajin menabung
Berbakti terus pada orang tua
Itulah kunci kesuksesan dunia

Pergi ke tambak tangkap ikan
Jala di tangan siap sedia
Ikan didapat hilang jalanya
Kawan semua tolong maafkan
Salah khilaf yang tak sengaja
Moga kita kembali ke fitrah-Nya

Tak bisa berjalan karena lumpuh
Berjalan lambat karena dibantu alat
Ditunggu pun tak kunjung tiba
Saat melarat selalu bersimpuh
Ketika senang tak pernah shalat
Pastilah Tuhan tak akan iba

Anak kecil belajar menari
Jatuh berkali-kali tak mengapa
Karena pasti selalu bangun
Sedih rasanya hatiku ini
Melihat kau berjalan dengannya
Bersukacita bergandeng tangan

Contoh Talibun 8 Baris

Jalan-jalan keliling kota
Ke kota lewat jalan utama
Ketemu teman-teman sebaya
Tak lupa untuk saling sapa
Hidup ini hanya sementara
Semua yang hidup akan mati jua
Ada baiknya kita siap sedia
Karena ajal datang tiba-tiba

Pergi ke kota jalannya lebar
Membawa barang dalam ikatan
Semua ikatan ada dalam wadah
Wadah dibawa oleh kedua tangan
Dag dig dug jantung ini berdebar
Hati merasa tidak karuan
Melihat pria dengan rambut terbelah
Sungguh ia pria idaman

Tangkap macan siapkan parang
Parang tajam hilangkan sengsara
Macan mati tinggalkan permata
Untuk persembahan bagi adinda
Kakanda mengarungi lautan garang
Untuk pergi demi hilangkan lara
Disini adinda tak pernah pejamkan mata
Demi menunggu kepulangan kakanda

Pelangi yang ditunggu akhirnya datang jua
Memancarkan kecantikan luar biasa
Semua insan tak dapat menerka
Apakah pertanda semua nuansa
Sayangilah kedua orang tua
Jangan kalian berbuat dosa
Dengan menyakiti hati mereka
Jika tak ingin mendapat murka Yang Kuasa

Pergi ke desa di tengah sawah
Nikmati udara dan cuaca cerah
Tak lupa juga lihat pemandangan
Dalam suasana asri dan nyaman
Jika kita terus berusaha
Serta diiringi lantunan doa
Tuhan pasti akan kabulkan
Semua harapan yang kita inginkan

Membeli cincin batu permata
Cincin disimpan dalam peti
Habis sudah uang yang tersisa
Hingga akhir bulan juni
Tak mampu lagi aku berkata-kata
Hanya kusimpan di dalam hati
Luka, perih yang kurasa
Biar aku saja yang menjalani

Duduk termenung menatap bulan purnama
Mengenang semua perilaku yang berbudi
Yang berbudi tak ada yang berkuasa
Menangkap cahaya bulan agar terjerat
Didiklah putra dan putri ilmu agama
Untuk menjadi orang yang berbudi
Agar jauh dari perbuatan dosa
dan selamat dunia serta akhirat

Niat hati ingin menanam melati
Tanam di atas tanah sendiri
Tapi jangan pernah tanamkan hati
Karena hama kan buatnya binasa
Jikalau hendak mendapat cinta sejati
Jagalah hati jangan sampai lupa diri
Cinta sejati tak akan kau dapati
Kecuali cinta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

Safari religi ke kota Mekkah
Tidak lupa membeli kurma
Kurma muda untuk sebuah cita
Cita dari cinta dan jenaka
Hidup di dunia haruslah beribadah
Jalankan selalu perintah agama
Itu semua perintah sang Pencipta
Untuk meraih surga dan menjauhi neraka

Burung beo hinggap di pohon belimbing
Belimbing masam memberatkan jiwa
Membuat lidah menjadi binasa
Binasa hingga memakan segalanya
Anak dipangku jangan lupa dibimbing
Dibimbing jadi anak yang bertakwa
Agar orang tua jadi tidak berdosa
Terjaga badannya dari siksa api neraka

Contoh Talibun 10 Baris

Jalan-jalan ke kota batik
Tak lupa membeli cinderamata
Cinderamata yang antik dan indah
Untuk dijadikan pajangan rumah
Diletakkan di ruang tengah
Banyak-banyaklah berbuat baik
Berbuat baik kepada sesama
Kepada teman-teman dan keluarga
Tanpa membeda-bedakan siapa saja
Niscaya balasan baik akan diterima

Bunga di pasar sangat bergelimang
Semua bertebaran di atas genangan
Genangan membuat noda menghitam
Kelam dan tiada mengering
Tergeletak di tengah jalanan
Andaikan kebahagiaan mulai menghilang
Kemudian timbullah semua kenangan
Kau jangan menangis sehari semalam
Kau jangan menangis hingga mata kering
Ingatlah Tuhan sumber kebahagiaan

Hujan di bulan selalu bergelimang
Jatuh ke bumi menciptakan genangan
Genangan di jalan sungguh membuat kelam
Jalanan kelam tak bersiring
Tak bersiring menciptakan kehancuran
Melihat kebahagian nampak hilang
Yang tinggal kini hanyalah kenangan
Janganlah kau menangis sehari semalam
Janganlah kau bersedih hingga mata kering
Karena ada aku yang memberikan kebahagiaan

Hujan di bulan tak itu hanya bualan
Bulan memerah tak bisa menjadi acuan
Hujan di bumi tak kunjung datang
Taburkan api dengan garam
Agar menimbulkan awan yang keputihan
Abang datang membawa kebahagian
Untuk adik yang sedang tak karuan
Tolong jangan berbohong sayang
Sudah cukup adik menahan suram
Bawalah adik keluar dari kepedihan

Berlayar ke laut dengan perahu layar
Ke laut saat cuacanya cerah
Menangkap ikan menggunakan jala
Dijual ke pasar untuk dapat laba
Sebagai bagian dari profesi kerja
Hidup di dunia hanya sebentar
Jangan lupa untuk beribadah
Sesuai dengan keyakinan dan agama
Serta tak lupa membantu sesama
Agar terhindar dari siksa api neraka

Contoh Talibun 12 Baris

Bangun tidur langsung lari pagi
Lari pagi di jalanan desa yang sepi
Dekat sawah yang banyak petani
Udaranya segar hawanya asri
Suara burung berkicau dan berseri
Suasananya masih nyaman sekali
Ketika semua temanmu sudah pergi
Dan tak ada yang mau kembali
Janganlah kau muram bersedih
Ingatlah jika kau tidak sendiri
Ada keluarga di rumah yang menanti
Yang akan selalu ada sampai nanti


Kumpulan pantun talibun 6 baris, 8 baris, 10 baris dan 12 baris di atas bisa menjadi inspirasi bagi Kamu untuk mempelajari tentang talibun itu sendiri. Tentu saja ada banyak hal menarik bisa diambil dari penulisan talibun itu sendiri. Selain itu, Kamu pun mungkin juga dapat mengambil hal positif setelah membacanya.

Tidak hanya membacanya saja namun juga mengerti beberapa ciri-ciri talibun. Pertama yakni mempunyai bentuk yang hampir sama seperti puisi bebas, terdiri dari beberapa bait untuk menyampaikan maknanya hingga tidak ada sampiran sehingga isinya mempunyai makna dan saling berhubungan.

Cindy Amara

Cindy sangat menyukai kesenian terutama seni budaya dan seni sastra seperti sajak, syair, legenda daerah, pantun, dan puisi.

Leave a Comment